Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/298

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

290

1079. Selesai nyawer gemuruh bersorak, meriam dibunyikan, tetabuhan pun dibunyikan, gemuruh terasa geger, setelah ahad lalu berpesta, tujuh hari tujuh malam.

1080. Yang pesta sekarang telah selesai, pengantin janganlah diintai, cerita diselang dahulu, dikisahkan sebuah negeri, bernama Centakapura, rajanya gagah tak tertandingi.

1081. Ketika itu sedang bersedih, karena negeri dilanda kekeringan, tumbuh-tumbuhan tiada yang hidup, padi gandum jagung ubi, semua makanan, tak tumbuh karena kurang air.

1082. Telah setahun tak ada hujan, panas sekali, rakyat hampir kelaparan, untungnya ada yang memberi, dari negeri taklukan, yaitu negeri Lokagiwa.

1083. Negeri taklukan menolong, yang berdagang banyak, tetapi bukan makanan, tak ada kekurangan lagi, ramianya bukan main, negeri sangatlah asri.

1084. Ratunya dikenal bernama, Raja Seh Rul Alam Tobib, mempunyai seorang anak, sangat disayangi oleh ayah ibunya, pria sangatlah tampan, bernama Raden Milama.

1085. Berumur dua puluh tahun, sangatlah disayang, satu saat, tak dapat dipungkiri lagi, sanga ratu terserang penyakit, sampai wafat.

1086. Diambil oleh yan Maha Kuasa, sudah takdirnya, dibawa oleh khaliknya, dikembalikan tiada, ratu sepuh tinggal jenazah, kamarnya menjadi sunyi.

1087. Sang Ratu tinggal tunggul, isteri dan anaknya menangis, para pembantu meratap, teringat kepada yang wafat, tinggal pasrah kepada kadar, menerima kadar ilahi.

1088. Den Patih lalu berkata, eh sekarang para mantri, begitu pula Aria Jaksa, karena sekarang di negeri, ratu sepuh sudah wafat, diganti oleh puteranya.