Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/305

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

297

kakeknya, pergi ke Centakapuri, Den Lalana lalu memanggil isterinya.

1145. Duh eneng kanda akan pamitan, mohon izin akan pergi, akan ke Centaka, karena terlalu lama kakanda malu, perintah kakek resi, harus menolong kepada ratunya, walaupun belum tahu, kanda wajib mencarinya, dimanakah negeri Centaka berada.

1146. Agen puteri menjawab, Centaka Pura letaknya jauh, dari sini menuju ke arah barat, lamanya perjalanan dua bulan, bila ditempuh berjalan kaki, begitu kata orang tua, mau apa kanda pergi, hamba ingin ikut, tak mau hamba ditinggal.

1147. Den Lalana berkata lagi, geulis kanda tak akan lama, sekarang harus menghadap, kepada ayahanda permintaan izin, Agan Puteri lalu pergi, setelah datang lalu berkata, hamba disuruh kakanda, untuk memohon izin, untuk pergi ke Centaka Puri.

1148. Ayahnya tak memberi izin, untuk apa pergi lagi, karena negeri ini kepunyaannya, ayahanda tak merasa memiliki karena itu jangalah ragu, katakan saja olehmu, Agan Puteri menyembah lalu pergi.

1149. Tiba kepada suaminya lalu berkata, duh kanda ayah tak memberi izin, katanya jangan pergi tetaplah disini, Prabu Anom menjawab, jika begitu tak akan pergi, bila tak ada izin ayahanda, dikisahkan sudah malam, Agan Puteri telah tidur lelap.

1150. Kurang lebih pukul dua, Raden mempersiapkan diri dengan cermat, lalu mengenakan kaos jimat, sudah keluar dari dalam puri, di halaman menendang bumi, badan raden menjadi terbang, melayang di awang-awang, bintang-bintang sama menyaksikan, berkelap-kelip menerangi yang sedang menempuh perjalanan.