298
1151. Melesat melebihi kuda yang terlepas, cepatnya seperti peluru bedil, melesat ke angkasa, Raden tak merasa khawatir, berbalap dengan angin semilir, menyelinap di meja biru, tinggalkan dahulu yang sedang di angkasa, Agan Puteri dikisahkan kembali, pagi-pagi ketika bangun tidur.
1152. Membalikkan guling tangannya menggapai-gapai suaminya tak ada, Jalu mencarinya ke kamar mandi, dicari tetapi tidak ketemu, kembali lagi ke puri, lalu memanggil Raden Patih, serdadu semua gemuruh, ada dua kepala raksasa yang terpanggang anak panah,mantri pergi akan melapor kepada raja.
1153. Prabu Anom Jalu bertanya, ada apa paman patih, paduka tuanku, sekarang menjadi pusat negeri, rakyat merasa kaget, ada dua kepala raksasa, marilah kita lihat, pergilah raja dengan patih, jelaskan tiba di pusat negeri.
1154. Ratu mengucap alhamdulilah, semoga saja memang patih, ada orang yang akan menolong itu, pertanda dari impian tadi, benarlah dengan jelas, Den Patih menajwab benar begitu, para mantri kuburlah ini, dengan tertutup sekali, semoga saja menjadi tumbal kekeringan.
1155. Lalu ratu sembahyang toat, memohon kepada Yang Maha Kehendak, semoga diberi rahmat, begitu maksud jeng gusti, tak tertinggal siang malam, memohon sambil tafakur, agar terlaksana maksudnya, alkisah raden yang tampan, ketika itu tiba di centaka pura.
1156. Dari atas turun ke bawah, sudah menginjak bumi, satria berjalan gagah, telah sampai ke pinggir negeri, raden melihat ke depan, dalam hatinya merasa kaget, mengapa negeri ini sangat sepi, ketika itu dan Lalana telah beralih rupa.
1157. Menjadi rupa orang biasa saja, hilang rupa sejati, karena di-sengaja, pakaiannya compang-camping, raden sudah pergi lagi, beridir sejenak di depan waning, lalu mampir, di