Lompat ke isi

Kaca:Wawacan Pareumeun Obor II.pdf/12

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

kepada ibunya. Diceritakannya dengan panjang lebar tentang segala pengalamannya, juga tentang Tarlan yang sudah berpisah dengannya dan tidak diketahui di mana ia sekarang berada. Sesudah itu ig pergi mengirimkan paket kepada ibunya di desa. Alangkah kecewa dan herannya Salim, ketika beberapa hari kemudian kirimannya itu dikembalikan kepadanya. Oleh sebab itu ia menulis surat kepada lurah pareman Sukasari untuk mendapatkan keterangan mengenai ibu dan adiknya, Salamah. Namun surat itu pun tidak dibalas juga. Nyonya Berling yang menaruh kasihan kepada Salim menyuruhnya pergi sendiri ke Sukasari agar mendapat kepastian. Sesudah turun dari kereta api di T., perjalanan ke desanya ditempuhnya dengan sepeda. Salim merasa heran, mengapa tak ada orang yang mengenal atau menyapanya. Kebetulan ia melihat dukun beranak, sahabat ibunya, yang sedang berjongkok di muka rumahnya. Nenek-nenek itu sangat heran melihat Salim yang menurut kabar sudah lama meninggal dunia. Dari dukun beranak itu Salim tahu bahwa ibunya sudah kawin dengan lurah pareman yang ditinggal mati oleh isterinya dan bahwa sedang naik haji ke Mekah bersama adiknya, Salamah.

Legalah Salim mendengar kabar itu. Kemudian ia diantar ke rumah Lurah pareman, ayah tirinya. Di sana ia bertemu dengan nyimas Umi, saudara perempuan Lurah, dan suaminya, mas Saca. Merekalah yang menjaga rumah selama Lurah pareman dan keluarganya naik haji. Salim menceritakan semua. pengalamannya selama berada di Betawi (Jakarta) dengan panjang lebar. Boleh dikata seluruh penduduk kampung datang menengoknya, sebab semua orang ingin tahu lakon orang yang dikabarkan sudah mati itu.

Ketika tamu-tamu sudah pulang, masuklah Salim ke kamar tidur ibunya. Terkejut ia menemukan teromol pakaiannya yang kebetulan tidak terkunci. Melihat pakaiannya yang masih terlipat rapi, ia terharu sampai menitikkan air mata. Apalagi waktu ia membaca surat dari Tarlan yang isinya menceritakan peristiwa-peristiwa yang dulu menimpa dirinya. Lalu ditemukannya juga surat ibunya yang dialamatkan kepadanya. Terharu sekali Salim membaca tulisan ibunya itu. Sesudah itu dilihatnya sebuah potret pada

7