Lompat ke isi

Kaca:Wawacan Pareumeun Obor II.pdf/11

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus diuji baca

pernah ditolong olehnya dulu, ketika terjatuh ke laut. Piet kini teringat kembali kepada peristiwa itu. Maka ia dan Yan bergantian menjabat tangan Salim, begitu pula Dolf. Kejadian itu kemudian diberitahukan kepada orang tua masing-masing. Maka mereka semua menjabat tangan Salim sebagai tanda terima kasih.

Tuan Yasper, ayah Yan dan Piet, bertanya kepada Salim, siapakah nama bapaknya? Ketika Salim menyebut nama Sobari, Yasper berkata, bahwa Sobari dulu pernah bekerja sama dengannya bertahun-tahun lamanya. Tapi sejak ia pulang cuti ke Negeri Belanda, tak pernah ia bertemu lagi dengannya. Kemudian ada orang datang kepadanya, mengaku anak Sobari pula. Tuan Yasper berkata bahwa Salim mungkin mempunyai saudara sebapak di kampung Petir daerah Pandeglang. Semenjak diberi tahu oleh tuan Yasper, Salim sering memikirkan apa yang dikatakannya itu. Ia teringat kepada almarhum ayahnya, ibu dan adiknya, Salaman.

Untuk memudahkan hubungan dan menambah ilmu pengetahuan, Salim diajari bahasa Belanda oleh sinyo Dolf. Siang malam, asal ada kesempatan, ia belajar membaca dan menulis bahasa Belanda. Opseter Berling bermaksud mengerjakan Salim sebagai calon juru gambar di kantornya, tapi tidak disetujui oleh Dolf. Sebab kalau sudah fulus dari HBS, ia akan melamar sebagai aspiran kontrolir dan akan menolong Salim. Karena rajin dan tekun, lagi pula berotak cerdas, ia semakin lancar berbahasa Belanda.

Pada suatu malam Salim sukar memicingkan matanya, sebab rindu kepada ibunya. Setahun lamanya ia tidak berkirim surat kepadanya. Sesudah bangun ia cepat menghitung uang celengannya. Ternyata jumlahnya ada seratus rupiah, barangkali cukup buat memperbaiki rumah ibunya yang sudah lapuk. Lalu ia menceritakan kepada nyonya Berling hal keadaan ibu dan adiknya di Sukasari yang hidup serba kekurangan. Diceritakannya pula maksudnya akan mengirim uang dan oleh-oleh sekedarnya kepada ibunya. Karena terharu mendengar cerita Salim, nyonya Berling lalu memberi uang lima puluh dipues untuk menambah uang tabungan Salim.

Sepulang berbelanja dari pasar, segera Salim menulis surat

6