Kaca:Saratus Paribasa Jeung Babasan IV.pdf/10

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

 DIHEULANG (DIJIEUN KA ANAK HAYAM) dicuri, seperti anak ayam disambar elang.
 Pak Sargu pergi menghadap Wedana. Ketika sampai, ia ditanya, "Mengapa kau tergesa-gesa? Ada perlu apa?”
 Pak Sargu, ”Maksud kedatangan saya mohon pertolongan gamparan (tuan). Anak saya perawan dibawa ke Yogya oleh calon suaminya, Arnawi, tanpa minta izin dulu dari saya.”
 Wedana, ”Apakah anakmu dipaksa atau mau ikut sendiri dengan Arnawi?”
 Pak Sargu, ”Perihal suka sendiri atau tidak, saya tidak tahu, tuan. Tapi saya ingin bertemu dulu dengan anak saya. Sesudah itu dibawa ke mana pun, tidaklah menjadi soal. Sekarang saya merasa diheulang (dijieun ka anak hayam).”
 TUNGGUL KAHURU (bermuka buruk, lagipula melarat)
 Ambu Bonem badannya kurus kerontang, sebab tenaganya diperas dan sering dimaki-maki oleh anak dan menantunya. Pada suatu waktu, sesudah dimaki-maki lagi oleh anaknya, Ambu Bonem sambil menangis datang ke saudara sepupunya, Ua Irah.
 Tanya Ua Irah, ”Mengapa Ambu Bonem menangis?”
 Jawabnya, ”Ya, bang, tiap hari saya dimaki-maki saja oleh anak-anak.”
 Ua Irah marah, lalu mendapatkan si Bonem, katanya, ”Bagus benar perangaimu, sampai ibumu dimaki-maki tiap hari. Tak patut betul perlakuanmu terhadap ibumu, sekalipun seperti tunggul kahuru, ia harus kalian hormati!”
 KASUHUN KALINGGA MURDA (diterima lahir batin)
 Pada suatu hari Yudawana mengawinkan anaknya. Ketika pengantin sudah pulang dari mesjid dan semua kerabat serta sahabat-sahabatnya sudah berkumpul, ia menyambut hadirin dengan tembang Sinom.

 Maksudnya, ia menyatakan syukur ke hadirat Tuhan atas

viii