213
melihat cucu yang begitu hormat kepada orang tua, he tuan kakek mau menyuruh, kepada raden mau 'meripati'.
434. Sehubungan dengan ada perang, sekarang adik kakek sedang bertarung, tiada yang kalah tiada yang unggul, Tanjung Puri Tanjung Pura, sedang bergulat dengan saudara seperti yang gila, oleh raden tentu harus dipisah, keduanya anak kakek.
435. Raden kepadanya pernah uwa, begitu jelas, asal usulnya, oleh karena itu harus ditolong sebab tidak akan ada yang menang, sama-sama saja yang gagah melawan yang sakti, walau setahun lamanya, tidak akan ada yang mati.
436. Den Lalana kemudian menyembah, saya turut pada perkataan eyang resi, maka wiku hilang musnah, Den Lalana mengambil cincin, yang dulu wasiat pemberian ibu, dalam sekejap tiba-tiba datang, berdiri dia patih jin.
437. Dua patih sudah bersalaman, dipersilakan sambil berkata baru dataang, kenapa lama tidak mengambil, paman saja kesal sekali menanti-nanti panggilan dari Raden bagus, apa sebab manggil paman, apa ada kerusakan lagi.
438. Den Lalana menjawab, betul sekali ada kesusahan lagi, disuruh maha wiku, oleh kakek dipertapaan, saya minta pakaian bagus, mau menjelajah negeri, jawab Jin beserta.
439. Tak lama pakaian ada , saat itu juga diterima Den Raspati, patih jin saat itu, sudah tidak ada, dikisahkan Raden Lalana, saat itu juga, berganti pakaian gemerlap, pakaian ksatria, diberi pakaiaan kuning kemilau.
440. Kancing emas dua baris, dihiasi intan biduri, benda bulat lebih lucu, kain songket gemerlapan, Den Lalana benar-benar tampan, bukan sentuhaan janda, yang suka memakai poni.
441. Den Lalana menekan tanah, kemudian terbang ke angkasa dengan cepat, melewati gunung-gunung, mengarungi hing madia ganta, sudah melayang di atas awan, pergi dengan tenangnya, tiada kekhawatiran yang gagah.
442. 'Kumelab ' pakaian ' mubyar' bergemarlapan cahayanya tertiup