251
758. Yang berani maju perang cambuk, kita sedang diserang, dari ratu pamukti Angun, siapa yang tidak berani, jangan ikut berperang.
759. Kalau berani ayo cepat maju, yang tidak berani pulang, semua menyanggupinya.
760. Mau membela tanah air, tidak akan mundur, biarpun sampai mati, Den Patih menjawabnya terima kasih, he semua prajurit, sekarang ayo kita pergi.
761. Lalu pergi dari alun-alun bergemuruh, soraknya saling menjerit, ke batas kota sudah sampai, raden patih lalu menyuruh, sibuk membuat pasanggrahan.
762. Begitu pula prajurit ratu Angun-angun, sama membuat pasanggrahan, semua beres serta bagus, berjajar dan berbaris, papanggungan sudah tersedia.
763. Pagi sudah memakai bendera bersinar, tanda kebesaran negeri, bendera meriah bercahaya, cirinya menghadapi perang, karena semuanya sakti.
764. Sudah berbaris semua serdadu tamu beserta pribumi, diiringi dengan suara tambur, nya ketir berbulan pati, bedil suaranya dur-dor.
Pupur Durma
765. Suara prajurit bergemuruh, sorak-sorai, seperti laut sedang banjir, banyak sekali, balad seratus negara, memegang tumbak dan bedil, maju ke tengah-tengah perang sama-sama berani.
766. Dari Tunjungbang prajuritnya sedikit sekali, terlihat 'cerewing' perang campuk sekali, saling menembak dan saling membunuh, musuh lawan sama berani, tidak jelas musuh dan lawan, semua bersiap-siap.