276
lampu beraneka ragam, kesenian sudah siap, pertanda
dimulainya pesta.
969. Yang memakai baksa siap, membawa kekemben membagi, muda-mudi berjajar, sama-sama membawa damar lilir, menari renggong manis dan bedrong, yang menari bersuka ria.
970. Kakek Boja terbangun, dari kursi lalu pergi, menghadap raja, ke hadapan Den Raspati, Prabu Anom berkata, ayo kakek menari, serta harus memakai jampi, berdoa selamat, kakek bersujud minta tandak.
971. Hayo panjak harus bersuara, awas hams hati-hati, jangan salah memukul gong, karena kami mau menari, ponggowa lalu berdiri, disuruh bertepuk tangan oleh kakek Boja.
971. Keringat bercucuran, akhirnya lalu jatuh, karena terlalu cape, pusing karena memutar-mutar, badannya bergemetar dan lemas, yang menari digotong oleh para ponggawa.
973. Pesta sudah selesai, para ratu sudah pada pulang, ke negerinya masing-masing, di negeri sepi sekali, bekas ramai berpesta, sekarang hanya tinggal mengantuk, tertidur sama-sama nyenyak, begitu juga Den Raspati, mabok pesta, lalu masuk ke kamar.
974. Cerita digandi dulu, kembali ke dulu lagi, menceritakan setan, yang jatuh di tengah negara, yang waktu di Tunjung Puri, menyurup ke Putri Ayu, dipadah ku den putra, setan tersebut baru sadar, hatinya mau membalas kepada den putra.
975. Sudah ada di angkasa, sambil tidak berhenti memikir, waktu itu sudah ada perasaan, tahu bahwa Den Raspati, ada di Tunjungbang, Raden sedang tidur nyenyak.
976. Waktu itu jam dua, setan gembira sekali tersenyum karena mau membalas dendam, lalu Jayalalana yang sedang tidur nyenyak dibawa ke luar.