Lompat ke isi

Kaca:Wawacan Pareumeun Obor II.pdf/15

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

Menjelang waktu kembalinya para jemaah haji dari Tanah Suci, Salim dan Wiryadi meminta cuti seminggu lamanya. Pada hari yang ditentukan mereka bersama-sama ke Tanjungpriok untuk menjemput ibunya dan Salamah. Ketika melihat ibunya, Salim tak dapat menguasai lagi dirinya. Ia merangkul ibunya seraya berseru, “Ibu! Ibu!” Mula-mula ibunya tercengang, tapi setelah diberi tahu oleh Wiryadi, bahwa itulah Salim, anaknya didekap dan ditangisinya. Salamah pun merangkul Salim sambil menangis kegirangan. Sesudah diketahui bahwa tunangannya, Wiryadi, sebenarnya kakaknya seayah, Salamah terdiam sejenak. Namun kemudian ia menjabat tangan Wiryadi dan meminta maaf kepadanya.

Sesudah beristirahat satu malam di Betawi (Jakarta) rombongan dari Mekah pulang bersama-sama ke Sukasari. Hampir tiga hari lamanya tamu-tamu membanjir. untuk memberi selamat kepada keluarga Lurah pareman yang baru pulang menunaikan ibadah haji. Di situlah Tarlan bertemu lagi dengan Wiryadi yang dulu menolongnya mendapatkan pekerjaan baginya. Atas pertanyaan ibu Tarlan, Wiryadi menjawab bahwa ia berasal dari Banten. Salim kemudian mengungkapkan, bahwa Wiryadi saudaranya sebapak dari ayahnya yang bernama Bisri. Maka ibu Tarlan serta merta merangkul Wiryadi sambil meratap, “Anakku, anakku, inilah ibumu yang kau cari!”

Suasana yang semula sedih berubah menjadi gembira. Karena tak jadi kawin dengan Wiryadi, Salamah menerima lamaran Tarlan. Dengan selamatan sederhana, muda mudi itu ditikahkan sebagaimana mestinya. Sesudah cuti habis, Tubagus Raksa (Salim), Tubagus Wiryadi dan Tarlan pulang kembali ke tempat tugas masing-masing. Hubungan dengan Dolf, tetap dipelihara Salim baik-baik. Berkat ketekunan dan kesetiaannya bekerja, Tubagus Raksa berangsur-angsur naik pangkat, dan akhirnya pensiun sebagai patih, dihormat dan dipuja-puja karena ilmu dan kearifannya.

Jakarta, 8 April 1981

Penyusun